Jepang Pelajari Keragaman Budaya Indonesia

| 20/10/10 | 0 komentar |
Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Kojiro Shiojiri, Kamis mengemukakan bangsa Jepang ingin belajar dari keragaman dan kekayaan budaya bangsa Indonesia.

Dalam siaran pers yang dikirimkan ke redaksi ANTARA, Kojiro Shiojiri mengemukakan kekagumannya atas keragaman budaya yang dinilainya sebagai aset besar nasional Indonesia.

"Kami ingin belajar dari bangsa Indonesia tentang keragaman dan kemajemukan budaya," kata Kojiro Shiojiri di sela-sela buka puasa bersama dan ramah tamah dengan pimpinan ormas besar Islam, pesantren terkemuka serta intelektual Muslim di rumah dinas Dubes Jepang di Kebayoran Baru, Jakarta.

Dubes Jepang Kojiro Shiojiri mengatakan, kegiatan buka puasa bersama serta ramah tamah dengan pemuka Islam tersebut digagas sebagai ekspresi dan apresiasi bangsa Jepang terhadap keragaman budaya Indonesia. Terutama kebudayaan Islam Nusantara yang dinilainya unik dan heterogen.

"Buka puasa bersama menjadi kegiatan tahunan Kedubes Jepang. Kami berharap kegiatan ini menjadi jembatan komunikasi dengan umat Islam Indonesia," paparnya.

Kojiro Shiojiri menegaskan, Kedubes Jepang memiliki program prioritas pengembangan kerjasama dengan umat Islam Indonesia yang notabene sebagai yang terbesar di dunia.

Salah satu program tersebut berupa kunjungan ke berbagai pesantren yang tersebar di penjuru Indonesia.

"Salah satu program yang kami kembangkan adalah mengunjungi pesantren. Kami ingin melihat dari dekat kehidupan di pesantren, karena merupakan salah satu aset besar budaya Indonesia," terangnya.

Selain melakukan kunjungan ke pesantren, sejak 2003 Jepang aktif mengundang kiai-kiai dari sejumlah pesantren di Indonesia berkunjung dan belajar dari negeri "Sakura" tersebut.

"Sejak 2003, setiap tahun kami selalu mengundang kiai pesantren berkunjung langsung ke Jepang," ujarnya.

Kojiro Shiojiri mengatakan pihaknya berkomitmen untuk terus membina hubungan dan kerjasama yang lebih baik lagi dengan komunitas pesantren ke depan sebagai upaya mengembangkan kemitraan strategis dengan Indonesia.

Kegiatan buka puasa bersama dan ramah tamah yang diselenggarakan Dubes Jepang Kojiro Shiojiri dihadiri pemuka Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan pimpinan pesantren terkemuka.

Sejumlah intelektual Muslim yaitu Prof Azumardui Azra, Tuty Alawiyah serta Prof Komaruddin Hidayat juga tampak di tengah acara yang rutin setiap tahun tersebut.

Source : antaranews.com

Visual Kei ?

| 14/10/10 | 0 komentar |

Visual Kei merupakan penggabungan dari kata Visual(bahasa Inggris), dan Kei(bahasa Jepang) yang mempunyai arti ‘gaya’. Jika komunitas Punk berasal dari London, maka Visual kei berasal dari Jepang. Visual Kei (ヴィジュアル系) mengacu pada sebuah gerakan dalam J-Rock yang populer pada sekitar tahun 1990-an. Gerakan ini ditandai dengan band yang mengenakan kostum dramatis dan images visual untuk memperoleh perhatian. Di Jepang, penggemar band Visual Kei sebagian besar hampir selalu terdiri dari gadis remaja dan dipasarkan secara luas dalam bentuk merchandise anggota band itu sendiri. Di negara-negara lain, perbandingannya kecil secara kuantitas antara penganut Visual Kei kira-kira keseluruhan antara remaja putra dan putri.

Anggota band Visual Kei sering memakai make up yang mencolok, dengan gaya potongan rambut yang dramatis, yang mengingatkan pada “pita rambut” tahun 1980-an dan memakai kostum yang sangat rumit. Walaupun sebagian besar musisi adalah laki-laki. Anggota band sering bermake up dan memakai pakaian yang dapat dianggap sebagai feminin atau androgynous. Pada akhirnya sebagian band kembali pada image warna – warni dan fantastik yang populer sekitar 5 tahun lalu yang diinspirasi game RPG dan anime. Daya tarik kostum pada fans adalah dengan ditunjukkan oleh para gadis yang berpakaian cosplay sebagai anggota band favorit mereka, secara terpisah pada konser di Jepang, di Amerika pada acara-acara anime.

Band visual kei yang diartikan sebagai yang utama dari gaya visual, tidak mengacu pada jenis musik tertentu. Mereka sebagian memainkan musik rock, hard rock seperti Luna Sea, Dir en Grey, The GazettE dan Deluhi, musik gothic dan neoclassic seperti Malice Mizer, Moi Dix Mois, Versailles , D'espairs Ray dan Phantasmagoria, Light Rock dan Pop seperti L'Arc~en~Ciel, Glay, Shazna dan musik heavy metal dan Ballad seperti X Japan, Loudness, Buck- Tick, Sex Machine Gun, selain itu musik industrial, punk, dan techno kadang - kadang juga masuk ke dalamnya. Dengan mengambil genre dalam arti yang luas, sebagian besar memutuskan memainkan beberapa jenis musik rock.

Pengamat barat seringkali kebingungan dalam membedakan Visual Kei Band dengan Band Gothic karena kadang-kadang penampilannya yang mirip dalam bermake up dan berpakaian, tetapi sebagian gothic Jepang tidak bisa memasukkan visual Kei menjadi Gothic, dan disana ada persilangan budaya kecil antara Visual Kei Jepang dan Gothic Jepang diluar model gothic lolita, yang mana dipengaruhi oleh subbudaya gothic.

Secara luas gerakan ini telah dimulai oleh X Japan pada tahun 1980-an, yang mengangkat tren dari pemanfaatan visual shock untuk memperoleh pengakuan dalam kancah musik independen.

 
Sejarah singkat tentang Visual Kei

Sejarah yang “melahirkan” adanya Visual Kei sebenarnya bermula saat Jepang mengalami perubahan besar-besaran usai Perang Dunia II. Saat itu ada suatu komunitas yang ‘terbuang’ dari masyarakat. Komunitas ini tidak hanya berbicara melalui mulut dan tulisan, tapi juga lewat penampilan. Komunitas yang mayoritas terdiri dari kaum adam itu tampil dengan mengenakan berbagai macam aksesoris dan berdandan maupun berperilaku layaknya perempuan. Lewat apa yang mereka pakai, mereka berbicara tentang segala hal. Mulai dari politik, segala under pressure, hingga masalah-masalah psikologis. Namun seiring dengan perubahan zaman, komunitas ini perlahan-lahan mengalami “mati suri” hal ini dikarenakan banyak orang Jepang yang lebih memilih bunuh diri untuk menyelesaikan masalah, daripada tenggelam dalam penderitaannya sendiri.

Source: id.wikipedia.org